Asal
Dilahirkan di kampung Malaka (sekarang masuk Kec. Cilincing) pada tahun 1923 dari Keluarga H Saijan dan Babu Daiya (istri kedua). Mendapat pendidikan mengaji di kampungnya, yang keumdian mengirimnya ke Guru Marzuqi di kampung Cipinang Muara yang kemudian dikenal sebagai "kawah candra dimuka"nya para ulama Betawi, seperti KH. Noer ALie, KH. Abdullah Syafii, KH. Ali Syibromalisi, KH. Tohir Rohili dll. Ia nyantri di kampung itu sampai tahun 1936 dan kemudian tinggal di Cikarang, membantu teman seniornya yang lebih dulu tinggal disana, KH. Mukhtar Tabrani, asal Kaliabang.
Aktifitas
Pada tahun 1956 KH. Mahmud mencari lokasi untuk masjid yang baru karena masjid yang ditempati sudah penuh sehingga tidak dapat menampung jamaah lagi. Ia kemudian meminta bantuan pemilik tanah bernama H. Syuhada untuk mewakafkan sebagian tanahnya, sedangkan sebagian lainnya dibeli bersama oleh masyarakat secara gotong royong.
Pada tahun 1980 KH. Mahmud bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Perguruan Islam Almamur yang bergerak dalam bidang pendidikan Islam, mulai dari TK sampai Aliyah. Sambutan masyarakat terhadap pendirian yayasan ini sangat antusias. Tiga tahun setelah tingkat Tsanawiyah dan Ibtidaiyyah dibukasecara bersamaan, Almamur sudah bisa membuka tingkatan Aliyah dan SMA.
Wafat
KH. Mahmud meninggal pada tahun 1988. Istri keduanya, Hj. Hanifah meninggal lebih dahulu. Putera-putera KH. Mahmud terdiri dari Aisyah dan Jamil (dari istri pertama) dan Masnaningsih serta Cecep Maskanul Hakim (dari istri ketiga, Hj. Maskiningsih). Sementara dari istri kedua (Hj. Hanifah), ia tidak memperoleh anak.
Penghargaan
KH. Mahmud memperoleh penghargaan dari Kabupaten Bekasi sebagai pejuang. Untuk itu pada makamnya ditancapkan tiang coklat dengan bendera merah putih kecil terikat di atasnya.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar